Rabu, 08 April 2015 - 0 komen yuk

Kisah Sang Hati..

“Aku tidak butuh kamu, percayalah. Semua akan baik saja” Tekadku dalam hati. Namun, lagi – lagi tangis membanjiri sisi kanan dan kiri pipiku. Malam itu, aku hanyut dalam kesedihan yang ku buat sendiri. Malam itu rasa kecewa, marah, dan sesal menjadi satu, menjadi sebuah perpaduan indah yang membuat dadaku terasa sesak.

Aku Kirana, seorang mahasiswi fakultas psikologi yang lagi-lagi harus berurusan dengan romansa kehidupan remaja. Aku patah hati, mematahkan hati ku sendiri yang mungkin untuk kesekian kalinya. Aku baru saja mengakhiri drama romantisku dengan seorang teman lelaki, Roy namanya.

Banyak orang yang mengatakan, sebelum kita dipertemukan dengan yang tepat, sang kuasa akan mempertemukan kita dengan sosok-sosok lain yang datang sebagai ujian. Bukan, itu bukan sekedar wacana. Aku salah satu mahluk, yang merasakan kekuatan sang Esa. Beberapa tahun belakangan, tentunya sejak aku beranjak remaja dan menjumpai apa yang dinamakan dengan masa-masa puber, hidupku tak sesederhana ketika masalah terbesarku hanyalah PR matematika. Teman laki-laki masuk menjadi tema tersendiri di dalam hidup, membuat hidupku terkadang serumit benang jahit yang kusut, yang membuatku lelah hingga berpeluh ketika menguraikannya satu persatu, namun tak jarang pula membuatku tersenyum tulus hingga nyaris terjaga setiap malam. Namun sederetan kisah klise itu, hanya sebagian dari ujian. Iya, ujian kehidupan yang sempat ku lontarkan tadi. Sang kuasa memberiku kesempatan untuk belajar banyak dari mahluk lain bernama laki-laki.

Tak lama setelah ujianku berakhir dengan Roy, Tuhan kembali mengujiku dengan memasukkan sesosok pria lain ke dalam hidupku. Sosok yang tak asing lagi dimataku, sosok yang sebenarnya telah lama ku kenal dan ku ketahui.

“Hey, lancang sekali kau datang” Terkadang kalimat itu muncul dibenak, namun tertahan dan enggan ku katakan. Aku berniat untuk mengistirahatkan hati sejenak, aku bertekad untuk tidak jatuh cinta lagi dalam waktu dekat.

Namun, aku hanyalah manusia biasa, terkadang aku berubah menjadi sesosok mahluk yang tak bisa mengontrol diriku sendiri. Seperti ingin namun tak ingin, seperti nyaman tapi tak aman. Semakin berusaha ku menampik, semakin mendekat raganya, semakin berusaha ku mengelak, semakin pasrah ku dibuatnya.

Sorot matanya yang teduh, nada bicaranya yang sesekali terdengar bijak dan dewasa, serta ketulusan dan kebaikkannya telah menyihirku hingga rela menjatuhkan hatiku kembali. Hati yang ku jaga amat baik hingga sempat sedikit ku buatnya cemas menunggu, hati yang ingin rasanya ku istirahatkan sejenak dari mahluk bernama laki-laki.

Kekuatan sihir ajaibnya membuatku pasrah hingga kini. Wajahnya yang biasa, terasa makin rupawan seiring perjalanan waktu dan bertambahnya usia ikatan kami. Dicintai dan dikasihi oleh salah satu mahluk special ciptaan Tuhan kali ini membuatku merasa bersyukur. Diperlakuan sebaik ini membuatku tak bisa membayangkan ketika seandainya takdir baik tak berpihak pada kami.

Entah ini baik atau buruk, tapi aku merasakan ketergantungan yang teramat sangat, aku merasakan keinginan untuk terus bersama setiap saat. Hingga ingin ku lontarkan dengan lantang “Hey, pria pilihan Tuhan. Aku sangat membutuhkanmu, tetaplah disini, berdiri berdua, menjalani hari..”

Dicintai olehnya merupakan keberuntungan anugerah terindah yang ku rasakan, diperlakukan bak seorang putri mahkota, disayangi dengan ketulusan yang terpancar dari sorot mata dan sikap indahnya.

Namun, tak jarang aku dibuatnya keki hingga malas menghadapi hal lain dalam hidup. Tak jarang pula ku sudutkan ia hingga raga mungkin jiwanya lelah tak berkutik dihadapanku. Diri dan hati dikuasai oleh amarah hingga aku terasa buta, iya buta tak melihat segala sesuatu yang telah ia lakukan untukku, juga tak menatap semua cerita yang telah diarungi bersama.
Bukan.. bukan karena aku tak mencintaimu sepenuhnya, namun terkadang aku begitu mencintaimu hingga tak rela kau bergerak dan bergeser dari tempatmu. “Aku mau kamu tetap disini!” Mungkin aku egois mencintaimu, tapi semua ini takkan terjadi tanpa sihir indahmu, sihir yang semakin lama semakin lancang mengikatku..

Tapi aku tak keberatan disihir setiap waktu, kamu adalah hal terindah yang tak pernah ingin ku tukar dengan apapun. Bertemu dan dicintai sebegininya takkan pernah ku sesali, dan hati ini semoga ditakdirkan untuk selalu ku pasrahkan padamu..

Terima kasih untuk semua cerita, cinta, tangis, bahagia, dan doa.
Hanya satu yang ku ingin dan ku pinta..
Semoga takdir baik selalu berpihak pada kita berdua
--I Love You--