“Aku tidak butuh
kamu, percayalah. Semua akan baik saja” Tekadku dalam hati. Namun, lagi – lagi tangis
membanjiri sisi kanan dan kiri pipiku. Malam itu, aku hanyut dalam kesedihan
yang ku buat sendiri. Malam itu rasa kecewa, marah, dan sesal menjadi satu,
menjadi sebuah perpaduan indah yang membuat dadaku terasa sesak.
Aku Kirana,
seorang mahasiswi fakultas psikologi yang lagi-lagi harus berurusan dengan
romansa kehidupan remaja. Aku patah hati, mematahkan hati ku sendiri yang
mungkin untuk kesekian kalinya. Aku baru saja mengakhiri drama romantisku
dengan seorang teman lelaki, Roy namanya.
Banyak orang yang mengatakan, sebelum kita dipertemukan dengan yang tepat, sang kuasa akan mempertemukan kita dengan sosok-sosok lain yang datang sebagai ujian. Bukan, itu bukan sekedar wacana. Aku salah satu mahluk, yang merasakan kekuatan sang Esa. Beberapa tahun belakangan, tentunya sejak aku beranjak remaja dan menjumpai apa yang dinamakan dengan masa-masa puber, hidupku tak sesederhana ketika masalah terbesarku hanyalah PR matematika. Teman laki-laki masuk menjadi tema tersendiri di dalam hidup, membuat hidupku terkadang serumit benang jahit yang kusut, yang membuatku lelah hingga berpeluh ketika menguraikannya satu persatu, namun tak jarang pula membuatku tersenyum tulus hingga nyaris terjaga setiap malam. Namun sederetan kisah klise itu, hanya sebagian dari ujian. Iya, ujian kehidupan yang sempat ku lontarkan tadi. Sang kuasa memberiku kesempatan untuk belajar banyak dari mahluk lain bernama laki-laki.
Tak lama setelah
ujianku berakhir dengan Roy, Tuhan kembali mengujiku dengan memasukkan sesosok
pria lain ke dalam hidupku. Sosok yang tak asing lagi dimataku, sosok yang sebenarnya
telah lama ku kenal dan ku ketahui.
“Hey, lancang
sekali kau datang” Terkadang kalimat itu muncul dibenak, namun tertahan dan
enggan ku katakan. Aku berniat untuk mengistirahatkan hati sejenak, aku
bertekad untuk tidak jatuh cinta lagi dalam waktu dekat.
Namun, aku
hanyalah manusia biasa, terkadang aku berubah menjadi sesosok mahluk yang tak
bisa mengontrol diriku sendiri. Seperti ingin namun tak ingin, seperti nyaman
tapi tak aman. Semakin berusaha ku menampik, semakin mendekat raganya, semakin
berusaha ku mengelak, semakin pasrah ku dibuatnya.
Sorot matanya
yang teduh, nada bicaranya yang sesekali terdengar bijak dan dewasa, serta
ketulusan dan kebaikkannya telah menyihirku hingga rela menjatuhkan hatiku
kembali. Hati yang ku jaga amat baik hingga sempat sedikit ku buatnya cemas
menunggu, hati yang ingin rasanya ku istirahatkan sejenak dari mahluk bernama
laki-laki.
Kekuatan sihir
ajaibnya membuatku pasrah hingga kini. Wajahnya yang biasa, terasa makin
rupawan seiring perjalanan waktu dan bertambahnya usia ikatan kami. Dicintai
dan dikasihi oleh salah satu mahluk special ciptaan Tuhan kali ini membuatku
merasa bersyukur. Diperlakuan sebaik ini membuatku tak bisa membayangkan ketika
seandainya takdir baik tak berpihak pada kami.
Entah ini baik
atau buruk, tapi aku merasakan ketergantungan yang teramat sangat, aku
merasakan keinginan untuk terus bersama setiap saat. Hingga ingin ku lontarkan
dengan lantang “Hey, pria pilihan Tuhan. Aku sangat membutuhkanmu, tetaplah
disini, berdiri berdua, menjalani hari..”
Dicintai olehnya merupakan keberuntungan anugerah terindah yang ku rasakan, diperlakukan bak seorang putri mahkota, disayangi dengan ketulusan yang terpancar dari sorot mata dan sikap indahnya.
Namun, tak
jarang aku dibuatnya keki hingga malas menghadapi hal lain dalam hidup. Tak
jarang pula ku sudutkan ia hingga raga mungkin jiwanya lelah tak berkutik
dihadapanku. Diri dan hati dikuasai oleh amarah hingga aku terasa buta, iya
buta tak melihat segala sesuatu yang telah ia lakukan untukku, juga tak menatap
semua cerita yang telah diarungi bersama.
Bukan.. bukan
karena aku tak mencintaimu sepenuhnya, namun terkadang aku begitu mencintaimu
hingga tak rela kau bergerak dan bergeser dari tempatmu. “Aku mau kamu tetap
disini!” Mungkin aku egois mencintaimu, tapi semua ini takkan terjadi tanpa
sihir indahmu, sihir yang semakin lama semakin lancang mengikatku..
Tapi aku tak
keberatan disihir setiap waktu, kamu adalah hal terindah yang tak pernah ingin
ku tukar dengan apapun. Bertemu dan dicintai sebegininya takkan pernah ku
sesali, dan hati ini semoga ditakdirkan untuk selalu ku pasrahkan padamu..
Terima kasih untuk semua cerita, cinta, tangis,
bahagia, dan doa.
Hanya satu yang ku ingin dan ku pinta..
Semoga takdir baik selalu berpihak pada kita
berdua
--I Love You--